Berita
Mengapa Gen Z Sulit Beli Rumah? Ini Penyebabnya
SHAFIQ Administrator
Minggu,
20-10-24
Gen Z sulit beli rumah? | 2 min read
Saat ini, semakin banyak generasi Z yang merasa kesulitan untuk membeli rumah. Di balik fenomena ini, ada sejumlah alasan yang membuat mereka berada dalam kondisi yang cukup menantang tersebut.
Apakah Gen Z itu juga termasuk generasi sandwich?
Apa saja penyebab mereka kesulitan memiliki rumah?
Mengutip Bisnis.com, situasi ekonomi terutama pasca pandemi juga sangat mempengaruhi kemampuan Gen Z untuk memiliki rumah sendiri. Banyak dari mereka yang bekerja di sektor informal dengan label gig economy atau perekrutan sistem kerja dengan jangka pendek yang tidak memiliki tunjangan kesehatan, pendidikan anak, dan jaminan hari tua.
Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Apakah Gen Z Itu Generasi Sandwich?
Menurut survei dari DataIndonesia.id pada 2023, sebanyak 46,3% generasi Z di Indonesia kini tergolong sebagai generasi sandwich. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan mereka yang bertanggung jawab untuk menghidupi diri sendiri, orang tua, dan anak mereka dalam waktu yang bersamaan.
Apa yang Dimaksud dengan Generasi Sandwich?
Generasi sandwich adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang berada dalam posisi harus merawat rumah tangganya sendiri sambil tetap memenuhi kebutuhan orang tua, anak-anak, dan bahkan saudara-saudaranya. Tuntutan ini membuat mereka harus bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan tanggung jawab terhadap keluarga besar.
Kondisi ini bisa diibaratkan seperti sepotong daging yang terhimpit oleh dua potong roti, melambangkan tekanan dari berbagai arah.
Mengapa Gen Z dan Generasi Sandwich Sulit Punya Rumah?
Banyak faktor yang membuat Gen Z dan generasi sandwich semakin sulit untuk memiliki rumah sendiri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, terdapat sekitar 8,4 juta generasi sandwich yang masih tinggal bersama keluarga besar.
Berikut beberapa alasan yang menjadi penyebab utama:
- Harga Rumah Terus Naik
Harga properti yang terus melonjak menjadi salah satu kendala terbesar bagi Gen Z dan generasi sandwich. Menurut laporan dari CNN Indonesia, kenaikan harga rumah setiap tahun lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan upah yang diterima pekerja.
- Biaya Hidup Terus Naik
Selain harga rumah, biaya hidup yang terus meningkat juga menjadi beban bagi generasi ini. Kebutuhan dasar seperti makanan, transportasi, dan kesehatan yang semakin mahal membuat alokasi dana untuk membeli rumah semakin sulit.
- Upah Naik Tidak Signifikan
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, rata-rata Upah Minimum Provinsi (UMP) di Indonesia pada tahun 2024 hanya mencapai Rp 3.113.359, meningkat sebesar 6,5% dari tahun 2023. Kenaikan ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan inflasi dan kebutuhan hidup yang terus meningkat, sehingga daya beli generasi Z untuk memiliki rumah menjadi semakin terbatas.
Solusi agar Gen Z Bisa Punya Rumah
Melihat kondisi ini, Gen Z dan generasi sandwich perlu berusaha lebih keras dalam mencapai impian untuk memiliki rumah sendiri. Beberapa langkah yang bisa dicoba antara lain:
- Kerja Ekstra Keras: Mencari peluang kerja sampingan atau mengembangkan keterampilan agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
- Nabung atau Investasi Ekstra Cerdas: Selain menabung, generasi Z juga perlu belajar berinvestasi untuk mengembangkan dana mereka lebih cepat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa memiliki rumah di era sekarang bukanlah hal yang mudah, terutama bagi generasi Z yang berada di bawah tekanan ekonomi sebagai generasi sandwich. Namun, dengan strategi yang tepat dan kerja keras, impian tersebut masih bisa dicapai. Yuk bisa yuk… gassss!
Konten edukasi ini dipersembahkan oleh SHAFIQ sebagai ‘mini bursa’ atau platform investasi syariah digital yang berkomitmen memberikan edukasi keuangan dan bisnis serta investasi syariah kepada masyarakat Indonesia.
Ingin mendapatkan permodalan bisnis atau menjadi pemodal? Pastikan untuk daftar dan lengkapi datanya sebelum investasi melalui Securities CrowdFunding Syariah.
_______________
Wajib diperhatikan!!
- Investasi pada efek (saham/sukuk) mengandung risiko tinggi. Pastikan memahami skema bisnisnya melalui prospektus yang disampaikan!
- Tujuan konten ini untuk edukasi dan literasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.