Berita
Heboh Lagi! Gen Z Terjerat Pinjol & Judol, Ini Biang Keroknya
SHAFIQ Administrator
Kamis,
08-08-24
Gen Z? Pinjol dan Judol | 2 min read
Generasi Z atau yang dikenal dengan sebutan Gen Z, kerap menjadi sorotan dalam berbagai berita terkini. Kali ini, Gen Z kembali menjadi pembicaraan hangat karena banyak yang terjerat dalam pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol). Hhhmmmm, Jangan ya dek ya... Miris dengarnya.
Dilansir Tempo dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total outstanding pinjaman perseorangan tertinggi di financial technology peer-to-peer lending atau fintech P2P lending diraih oleh kelompok usia 19-34 tahun, yaitu sebesar Rp 28,6 triliun per Mei 2024.
Ditambahkan OJK, total kredit macet kelompok usia 19-34 tahun atau gen Z dan generasi milenial mencapai Rp733 miliar. Angka itu lebih tinggi dari total wanprestasi di atas 90 hari atau TWP90 kelompok usia 35-54 tahun, yaitu Rp 524,6 miliar.
Fenomena ini semakin mengkhawatirkan, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan di masa yang akan datang. Lalu, apa sebenarnya biang kerok di balik maraknya Gen Z yang terjerat pinjol dan judol ilegal?
Berikut penjelasannya.
- Generasi Z Memiliki Literasi Keuangan yang Rendah
Salah satu faktor utama yang menyebabkan Gen Z mudah terjerat pinjol dan judol adalah rendahnya literasi keuangan di kalangan mereka. Literasi keuangan mencakup pemahaman mengenai cara mengelola uang, menabung, berinvestasi, serta memahami risiko dari berbagai instrumen keuangan.
Sayangnya, banyak anggota Gen Z yang belum mendapatkan edukasi yang memadai tentang hal ini. Akibatnya, mereka cenderung tidak memahami bahaya dan konsekuensi dari penggunaan pinjaman online serta perjudian online.
Banyak yang menganggap pinjol sebagai solusi mudah dan cepat untuk masalah keuangan jangka pendek, tanpa menyadari bunga yang tinggi dan risiko terjerat utang yang lebih besar. Begitu juga dengan judi online, yang dianggap sebagai cara cepat untuk mendapatkan uang tambahan, padahal sangat berisiko dan dapat menimbulkan kecanduan.
- Menempuh Jalan Pendek untuk Memenuhi Lifestyle
Gaya hidup atau lifestyle yang serba instan menjadi ciri khas dari Generasi Z. Mereka tumbuh di era digital yang menawarkan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini membuat mereka cenderung mencari jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, termasuk dalam hal keuangan.
Mengutip Viva.co.id berdasarkan Sebuah studi yang terbit di American Journal of Sociology pada September 2023 menjelaskan salah satu alasan kenapa gen Z mudah terjerat pinjol adalah karena gaya hidup.
Banyak dari mereka yang tergoda untuk menggunakan pinjaman online guna memenuhi kebutuhan konsumtif, seperti membeli gadget terbaru, fashion, atau traveling bahkan untuk sekedar nongkrong minum segelas Kopi.
- Terjebak Perilaku FOMO dan YOLO
Perilaku Fear of Missing Out (FOMO) dan You Only Live Once (YOLO) sangat mendominasi kehidupan Generasi Z. FOMO membuat mereka merasa harus selalu mengikuti tren terkini agar tidak ketinggalan dari teman-temannya. Sementara YOLO mendorong mereka untuk menjalani hidup dengan cara yang maksimal tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya.
“Banyak generasi muda yang terjebak pada pinjol karena mengambil hutang untuk kebutuhan konsumtif dan keperluan yang tidak bijaksana,” tutur Dr. Friderica Widyasari Dewi (OJK) dalam acara Bisnis Indonesia Goes to Campus (BGTC) 2024 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Kedua perilaku ini sering kali mendorong Gen Z untuk mengambil risiko finansial yang tinggi, seperti menggunakan pinjaman online atau terlibat dalam judi online. Mereka lebih fokus pada kepuasan jangka pendek daripada mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang yang mungkin timbul.
Penting! Edukasi Keuangan Menjadi Solusi Saat ini
Untuk mengatasi masalah ini, edukasi keuangan menjadi kunci penting. Gen Z perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai pengelolaan keuangan yang baik dan bijak.
Berikut beberapa langkah strategis yang bisa diambil:
- Kampanye Literasi Keuangan
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi non-profit perlu menggencarkan kampanye literasi keuangan yang menyasar kalangan muda, termasuk Gen Z.
- Pendidikan Formal dan Informal
Menyisipkan materi literasi keuangan dalam kurikulum sekolah serta menyediakan pelatihan keuangan secara informal, seperti seminar atau workshop.
- Konten Edukatif di Media Sosial
Menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan konten edukatif mengenai pengelolaan keuangan, mengingat Gen Z sangat aktif di media sosial.
Fenomena Gen Z yang terjerat pinjol dan judol ilegal menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian bersama. Rendahnya literasi keuangan, kecenderungan menempuh jalan pintas untuk memenuhi gaya hidup, serta perilaku FOMO dan YOLO, menjadi beberapa faktor utama penyebabnya.
Melalui edukasi keuangan yang efektif, diharapkan Generasi Z dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka dan terhindar dari jebakan pinjol dan judol ilegal.
Dengan demikian, kita semua memiliki peran dalam membantu Generasi Z memahami pentingnya literasi keuangan untuk masa depan yang lebih baik. Jangan sampai mereka terus terjerumus dalam masalah keuangan akibat kurangnya pemahaman dan edukasi yang memadai.
Edukasi finansial ini dipersembahkan oleh SHAFIQ, platform investasi syariah yang berkomitmen memberikan edukasi keuangan serta investasi syariah kepada masyarakat Indonesia.
Ingin belajar tentang investasi dan mengelola keuangan tanpa pelanggaran syariah? Pantau terus ya website Shafiq.id dan akun media sosial officialnya.
Pastikan untuk daftar dan lengkapi datanya supaya bisa berinvestasi
_______________
Wajib diperhatikan!!
- Investasi pada efek (saham/sukuk) mengandung risiko tinggi. Pastikan memahami skema bisnisnya melalui prospektus yang disampaikan!